Bab I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Dalam
proses belajar mengajar di kelas, seringkali guru mengeluhkan banyaknya siswa
yang sulit untuk mengungkapkan isi pikirannya atau pemahamannya terhadap materi
pelajaran yang baru diajarkan. Jika dalam suatu kesempatan guru meminta siswa
untuk mengungkapkan kembali suatu konsep yang baru saja dijelaskan, banyak
siswa yang sama sekali tidak dapat mengungkapkan konsep yang dimaksud dengan
kata-katanya sendiri. Jikapun ada yang menjawab pertanyaan guru, mereka sebatas
mengulangi kata-kata yang telah diucapkan oleh guru. Para siswa seakan sangat tergantung pada
penjelasan guru. Untuk itu mereka menyimak, menuliskan, lalu menghafal untuk
persiapan ulangan, tanpa mencoba memahami segala hal yang dipelajarinya itu ke
dalam nalarnya. Cara belajar seperti ini, bukanlah suatu keberhasilan, dan
merupakan cara belajar yang tidak kita inginkan. Mengenai nilai dan ujian,
harus diakui bahwa siswa tersebut bisa menjawab pertanyaan.
Sebagian
dari mereka mungkin mendapat nilai yang tinggi dan dianggap siswa yang sukses.
Meskipun belum ada hasil penelitian yang kongkret, bahwa seandainya para siswa
tersebut ditanya-setelah ujian selesai-apakah mereka masih ingat materi yang
telah mereka pelajari, maka tidak heran kalau mereka sudah lupa apa yang telah
mereka pelajari.
Proses
pembelajaran sebagaimana digambarkan di atas banyak kita temukan di
sekolah-sekolah. Proses pembelajaran baru dilaknasakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran pada tingkat rendah yakni mengetahui, memahami, dan menggunakan
belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif yakni suatu yang paling
esensi dari dimensi belajar. Sebagian besar guru belum merancang pembelajaran
yang mengembangkan kemampuan berpikir (Kamdi, 2002)
Proses
pembelajaran sebagian besar masih menjadikan anak tidak bisa, menjadi bisa. Kegiatan
belajar berupa kegiatan menambah pengetahuan, kegiatan menghadiri, mendengar
dan mencatat penjelasan guru, serta menjawab secara tertulis soal-soal yang
diberikan saat berlangsungnya ujian. Pembelajaran baru diimplementasikan pada
tataran proses menyampaikan, memberikan, mentransfer ilmu pengetahuan dari guru
kepada siswa.
Dalam
tataran ini siswa yang sedang belajar bersifat pasif, menerima apa saja yang
diberikan guru, tanpa diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan
yang dibutuhkan dan diminatinya. Siswa sebagai manusia ciptaan Tuhan yang
paling sempurna di dunia karena diberi otak, dibelenggu oleh guru. Siswa yang
jelas-jelas dikaruniai otak seharusnya diberdayagunakan, difasilitasi,
dimotivasi, dan diberi kesempatan, untuk berpikir, bernalar, berkolaborasi,
untuk mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan minat dan kebutuhannya serta
diberi kebebasan untuk belajar. Pemahaman yang keliru bahkan telah menjadi
"mitos" bahwa belajar adalah proses menerima, mengingat, mereproduksi
kembali pengetahuan yang selama ini diyakini banyak tenaga keguruan perlu
dirubah. Jalaluddin Rakhmad (2005) dalam buku Belajar Cerdas, menyatakan bahwa
belajar itu harus berbasis otak. Dengan kata lain revolusi belajar dimulai dari
otak. Otak adalah organ paling vital manusia yang selama ini kurang dipedulikan
oleh guru dalam pembelajaran. Pakar komunikasi mengungkapkan kalau kita ingin
cerdas maka kita harus terlebih dahulu menumbangkan mitos-mitos tentang
kecerdasan
Sebenarnya
para guru telah menyadari bahwa pembelajaran berpikir agar anak menjadi cerdas,
kritis, dan kreatif serta mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan mereka sehari-hari adalah penting. Kesadaran ini juga telah
mendasari pengembangan kurikulum kita yang kini lebih lebih mengedepankan
pembelajaran konstekstual. Akan tetapi sebagian benar guru belum berbuat, belum
merancang secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar
(Drost, 1998, Mangunwijaya, 1998)
Menurut
pandangan Slavin (1997) dalam proses pembelajaran guru hanya semata-mata
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuannnya
sendiri dalam dengan mendayagunakan otaknya untuk berpikir. Guru dapat membantu
proses ini, dengan cara-cara membelajarkan, mendesain informasi menjadi lebih
bermakna dan lebih relevan bagi kebutuhan siswa. Caranya dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide, dan
dengan mengajak mereka agar menyadari dan secara sadar menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Menurut Nur (1999), guru
sebaiknya hanya memberi "tangga" yang dapat membantu siswa mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri
yang memanjat tangga tersebut.
B.
Identifikasi Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Berfikir ?
2. Apakah yang dimaksud dengan berfikir kritis ?
3. Apakah yang dimaksud dengan berfikir kreatif ?
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut pendapat para ahli, defenisi berpikir
itu bermacam-macam. Berikut dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian
berpikir.
Menurut psikologi Gestalt (http://www.siaksoft.net/index.php?Option=corneonten8ctask-view&id=2498&itemid=101),
"Berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak
dapat kita amati dengan alat indra kita. Orang dapat berpikir, tetapi berpikir itu tidak dapat diamati
secara langsung„: Selanjutnya Sujanto (2001,56) menyatakan bahwa :
"Berpikir ialah gejala jiwa yang dapat
rnenetapkan hubungan-hubungan antara pengetahuan-pengetahuan kita. Berpikir
merupakan suatu proses dialektis, artinya selama kita berpikir, pikiran kita
mengadakan tanya jawab pikiran kita. Untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan
antara pengetahuan kita dengan tepat".
Menurut Gieles (www.twlarhome.com/pipermaiUnusantara/2002december/0007
88.htm1-19k.) yang menyatakan bahwa:
"Berpikir adalah berbicara dengan dirinya
sendiri dalam batin, yaitu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan
sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti sesuatu jalan
pikiran, mencari bagaimana berbagai hal itu berhubungan satu sama lain".
Menurut Plato (dalam Suryabrata: 2002 :12):
"Berpikir itu adalah berbicara dalam hati". Sehubungan dengan
pendapat tersebut ada pendapat (dalam Suryabrata, 2002;12) mengatakan bahwa
"Berpikir adalah aktivitas ideasional" yaitu:
1. Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek
yang berpikir aktif, dan
2. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi
bukan sensoris dan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu
mempergunakan abstraksi-abstraksi atau "ideas".
Berdasarkan beberapa pengertian tentang
berpikir, maka disimpulkan bahwa berpikir merupakan aktivitas dengan
menggunakan pikiran uniuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuattr,
pembentukan ide, membuat pertimbangan dan keputusan atau menyelesaikan masalah.
Berpikir Kreatif
Kreatif adalah suatu proses untuk menciptakan
sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya, karena meng)rasilkan sesuatu
yang bersifat kreatif itu bentuk akhirnya akan mempunyai ciri-ciri kebaruan dan
keunikan, meskipun unsur-unsur dasarnya sudah ada sebelumnya. Asep
(www.asepfirmanl924 .blogspot.com/2005/12/menuiu-kreativitas-individu-dan.html-44k-):
“Kreatif adalah kemampuan berpikir untuk
mencapai produk yang beragam dan baru yang dapat dilaksanakan, baik dalam
bidang keilmuan, seni, sastra, maupun bidang lainnya dari bidang-bidang
kehidupan yang banyak dimana hasil produk yang baru di sena.ngi masyarakat atau
diterima sebagai suatu yang bermanfaat".
Kreatif merupakan potensi yang terdapat dalam
setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat
dipadukan dan dikembangkan sehingga dapat meneiptakan suafiu produk yang bana
dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Kreatif muncul karena adanya
motivasi yang kuat dari diri individu yang bersangkutan.
Menurut Harris (dalam Nursaumi,2003:12) dalam
artikelnya yang menyatakan bahwa:
"Kreatif dapat dipandang suatu kemampuan,
Sikap dan proses. Kreatif sebagai suatu kemampuan adalah kemampuan untuk
menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan
kembali ideide yang telah ada. Kreatif sebagai sikap adalah kemampuan diri
untuk melihat perubahan dan kebaruan, suatu keinginan untuk bermain dengan
ide-ide dan kemungkinan-kemungkinan, kefleksibelan pemandangan, sifat menikmati
kebaikan, sambil mencari cara-cara untuk memperbaikinya. Sedangkan kreatif
sebagai proses adalah suatu keinginan yang terus menerus memperbaiki ide-ide
dan solusi-solusi, dengan membuat perubahan yang bertahap dan memperbaiki
karya-karya sebelumnya".
Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita
semua memilikinya dan membuat lompatan untuk memungkinkan mereka memadang
segala sesuatu dengan cara-eara yang baru (Deporter dkk,2000:295). Lebih lanjut
Deporter (2000:292): "Seseorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin
tahu, ingin meneoba-coba, bertualang, suka berpetualang, soka bermain-main,
serta intuitifdan setiap orang bepotensi untuk menjadi orang kreatif ini".
Melaui pendapat yang di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan kreatif adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang yang memungkiiilcan utrtuk menemukan terobosan-terobosan baru
dalam rnenghadapi dan menyelesaikan masalah dengan cara yang baru atau unik dan
mempunyai suatu keinginan untuk terus-menerus memperbaiki ide-ide dan
solusi-solusi, dengan membuat penlbahan yang bertahap dan memperbaiki
karya-karya sebelumnya.
Pengertian berfikir kreatif
Pembahasan pengertian berpikir kreatif tidak
akan lepas dari topik kreativitas. Pada permulaan penelitian tentang
la°eativitas, istilah ini biasanya dikaitkan dengan sikap seseorang yang
dianggap sebagai kreatif.
Menurut Munandar (1999:48) menyatakan bahwa:
"Kreativitas (berpikir kreatif atau
berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau nformasi yang
tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya adalah pada kuantitas,ketepatgunaan dan keragaman jawaban".
Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat
diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban
jawaban itu harus sesuai dengan masalaljnya. Jadi, tidak semata-mata banyaknya
jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga
kualitas atau mutu dari jawabannya.
Yudha (http: l/groups. yahoo com/
.oup/fahutanunmuUmess eag /1532) menyatakan:
"Dalam proses mengatasi suatu masalah, kita
sering berpikir dengan cara
berbeda-beda. Para psikolog dan ahli
logika mengenal beberapa cara
berpikir. Namun, tidak semua efektif bagi proses
pemeeahan masalah. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan.
Dengan cara. itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak
perspektif.. Pasalnya, seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak
alternatif untuk memeeahkan suatu masalah".
Kreativitas seringkali dianggap sebagai suatu
kesatuan keterampilan yang di dasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka
yang berbakat saja yang bisa menjadi kreatif, anggapan ini tidak sepenulmya
benar, walaupun memang dalam kenyataanya terlihat bahwa orang-orang tertentu
memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dengan cepat dan beragam.
Menurut Munandar (1999:48) menyatakan bahwa "Sesungguhnya bakat kreatif
dimiliki semua orarrg tanpa pandang bulu dan yang lebih penting lagi ditinjau
dari segi pendidikan bahwa bakat kreatif dapat ditingkatkan".
Menurut Ratna (www.pppgkes.com.modules.Qhp?name--news&file=
artide &id=508-88k-mita) yang menyatakan bahwa:
"Sesungguhnya kemampuan berpikir
kreati€pada dasamya dimiliki semua orang. Berpikir kreatif adalah kemampuan
untuk meneiptakan gagasangagasan baru dan orisinal. Bahkan pada orang yang
rnerasa tidak mampu menciptakan ide baru pun sebenarnya bisa berpikir secara
kreatif, asalkan di latih secara terus-menerus".
Berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang
dalam memecahkan suatu permasalahan dengan menemukan sebanyak-banyaknya jawaban
atau metode penyelesaian yang mencerminkan adanya kedalaman pemahaman,
keluwesan (fleksibel), kelancaran, dan kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan ser-ta kemampuan untuk
membuat kesimpulan dengan baik dan didukung oleh penalaran yang jelas.
Berpikir
Kritis
Berpikir kritis
merupakan salah satu kegiatan berpikir
tingkat tinggi bersamaan dengan berpikir kreatif.Untuk berpikir kritis,
seseorang harus mampu berpikir logis, analitis, dan sistematis yang merupakan
aktivitas berpikir tingkat rendah.Menurut piaget setiap individu mengalami
tingkat perkembangan kognitif yang teratur dan berurutan , dimulai dari tingkat
sensori motor ( 0-2 tahun),praoperasional( 2-7 tahun ), pra-kongkrit (7-11
tahun) , dan operasional formal ( 11 tahun keatas ).Pada tingkat operasional formal, berpikir kritis dapat
dikembangkan.
Ada berbagai
pengertian berpikir kritis menurut para ahli, diantaranya Gerhard (Mayadiana,
2005: 9) menyatakan berpikir kritis sebagai proses kompleks yang melibatkan
penerimaan dan penguatan data, analisis data evaluasi dengan mengembangkan
aspek kualitatif dan kuantitatif, serta membuat keputusan dengan berdasarkan evaluasi.
Krulik dan
Rudnik (Rochimah, 2007: 5) mendefinisikan berpikir kritis adalah berpikir yang
menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah.
Termasuk di dalam berpikir kritis adalah mengelompokkan , mengorganisasikan,
mengingat, dan menganalisis informasi.Berpikir kritis memuat kemampuan membaca
dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang diperlukan dengan yang tidak
ada hubungan. Hal ini juga berarti dapat menggambarkan kesimpulan dengan
sempurna dari data yang diberikan, dapat menentukan ketidakkonsistenan dan
kontradiksi di dalam sekelompok data. Berpikir kritis adalah analitis dan
refleksif.
Berpikir
analitis mengandung pengertian bahwa berpikir kritis berlangsung selangkah demi
selangkah. Termasuk dalam berpikir analitis adalah proses berpikir untuk
mengklarifikasi, membandingkan, menarik kesimpulan dan mengevaluasi (Rochimah,
2007: 5).
Bab III. Pembahasan
Definisi
berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara mereka masih
terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka itu
berbeda-beda, namun umunya para tokoh pemikir bersetuju bahwa pemikiran dapat
dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.
Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman
terhadap sesuatu, menerokai pelbagai kemungkinan idea atau ciptaan dan membuat
pertimbangan yang wajar, bagi membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan
seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami.
Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan
berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar.
Dalam
konteks pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan untuk beberapa
hal, diantaranya adalah (1) mendapat latihan berfikir secara kritis dan kreatif
untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan bijak, misalnya luwes,
reflektif, ingin tahu, mampu mengambil resiko, tidak putus asa, mau bekerjasama
dan lain lain, (2) mengaplikasikan pengetahuan, pengalaman dan kemahiran
berfikir secara lebih praktik baik di dalam atau di luar sekolah, (3)
menghasilkan idea atau ciptaan yang kreatif dan inovatif, (4) mengatasi
cara-cara berfikir yang terburu-buru, kabur dan sempit, (5) meningkatkan aspek
kognitif dan afektif, dan seterusnya perkembangan intelek mereka, dan (6)
bersikap terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat pertimbangan
berdasarkan alasan dan bukti, serta berani memberi pandangan dan kritik
Pengembangan
kemampuan berpikir mencakup 4 hal, yakni (1) kemampuan menganalisis, (2)
membelajarkan siswa bagaimana memahami pernyataan, (3) mengikuti dan
menciptakan argumen logis, (4) mengiliminir jalur yang salah dan fokus pada
jalur yang benar (Harris, 1998). Dalam konteks itu berpikir dapat dibedakan
dalam dua jenis yakni berpikir kritis dan berpikir kreatif. Bila
dielaborasi perbedaan kedua jenis berpikr tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel
1: Perbandingan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif.
No
|
Berpikir Kritis
|
Berpikir Kreatif
|
1
|
Analitis
|
Mencipta
|
2
|
Mengumpulkan
|
Meluaskan
|
3
|
Hirarkis
|
Bercabang
|
4
|
Peluang
|
Kemungkinan
|
5
|
Memutuskan
|
Menggunakan
keputusan
|
6
|
Memusat
|
Menyebar
|
7
|
Obyektif
|
Subyektif
|
8
|
Menjawab
|
Sebuah
jawaban
|
9
|
Otak
kiri
|
Otak
kanan
|
10
|
Kata-kata
|
Gambaran
|
11
|
Sejajar
|
Hubungan
|
12
|
Masuk
Akal
|
Kekayaan,
kebaruan
|
13
|
Ya,
akan tetapi....
|
Ya,
dan ………
|
1. Berpikir Kritis
Berpikir
kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut
adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan
membedakan, (2) membuat kategori, (2) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan,
(3) menerangkan sebab, (4) membuat sekuen / urutan, (5) menentukan sumber yang
dipercayai, dan (6) membuat ramalan.
Menurut
Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni (1)
bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita
terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis, (2) memakai standar
penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat keputusan, (3)
menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan
dan menerapkan standar, (4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat
dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Sedangkan Beyer (1985) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah
kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang
relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4)
mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5)
mengidentifikasi bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut pandang, dan (7)
mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan, Menurut Harris,
Robert (1998) indikasi kemampuan berpikir kristis ada 13, yakni (1) analytic,
(2) convergent, (3) vertical, (4) probability, (5) judgment, (6) focused, (7)
Objective, (8) answer, (9) Left brain, (10) verbal, (11) linear, (12)
reasoning, (13) yes but.
Berpikir
kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka
mengetahui secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah
berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang
difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang
harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik mengajukan pertanyaan yang
sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara
efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang
reliable dan terpercaya.
Berpikir
kritis itu menurutnya ada 16 karakteristik, yakni (1) menggunakan bukti secara
baik dan seimbang, (2) mengorganisasikan pemikiran dan mengungkapkannya secara
singkat dan koheren, (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah
dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup
untuk mendukung sebuah keputusan, (5) memahami perbedaan antara berpikir dan
menalar, (6) menghindari akibat yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan, (7)
memahami tingkat kepercayaan, (8) melihat persamaan dan analogi secara
mendalam, (9) mampu belajar dan melakukan apa yang diinginkan secara mandiri, (10)
menerapkan teknik pemecahan masalah dalam berbagai bidang, (11) mampu
menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti matematika, dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah, (12) dapat mematahkan pendapat yang
tidak relevan serta merumuskan intisari, (13) terbiasa menanyakan sudut pandang
orang lain untuk memahami asumsi serta implikasi dari sudut pandang tersebut,
(14) peka terhadap perbedaan antara validitas kepercayaan dan intensitasnya,
(15) menghindari kenyataan bahwa pengertian seseorang itu terbatas, bahkan
terhadap orang yang tidak bertindak inkuiri sekalipun, dan (16) mengenali
kemungkinan kesalahan opini seseorang kemungkinan bias opini, dan bahaya bila
berpihak pada pendapat pribadi.
Metode
ilmiah merupakan metode paling ampuh yang pernah ditemukan manusia dalam rangka
mengumpulkan pengetahuan. yang relevan dan reliabel tentang alam. Metode non
ilmiah lebih mengarah pada emosi dan harapan umat manusia dan lebih mudah
dipelajari dan dipraktekkan daripada metode ilmiah. Meningkatkan pengajaran
metode ilmiah dan manifestasinya yang terkenal yaitu berpikir kritis.
Berpikir
kritis dapat diajarkan melalui:(1) perkuliahan, (2) laboratorium, (3) tugas
rumah, (4) Sejumlah latihan, (5) Makalah, dan (6) ujian. Dengan demikian
berpikir kritis dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan mempertimbangkan: (1)
siapa yang mengajarkan, (2) apa yang diajarkan, (3) kapan mengajarkan, (4)
bagaimana mengajarkan, (5) bagaimana mengevaluasi, dan (6) menyimpulkan.
Sejumlah
tujuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah (1)
memberikan guru umum tentang konsep dalam rangka mencapai tujuan melalui
petunjuk yang membantu, (2) merancang pembelajaran dengan menggunakan web dan
isu yang bermanfaat, (3) memadukan berbagai hasil guruan, (4) mendorong komunitas
belajar di dalam kelas, (5) menciptakan kesempatan berpikir kritis yang
menyenangkan dan relevan bagi siswa.
Sedangkan
strategi yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa antara lain adalah (1) mengadakan alas penilaian untuk memberikan
final siswa. Menciptakan masalah merupakan 20% dari keseluruhan nilai, (2)
mendeskripsikan syarat pelajaran secara mendetail sesuai silabus dengan
menambah area online (alamat website) yang dapat menyediakan akses informasi
secara mudah, (3) memberikan orientasi pelajaran, (4) instruktur memberi
pendapat untuk siswa dalam pemberian masalah lewat e-mail untuk memberi
penguatan yang positif, dan beberapa hasil pelajaran dipadukan setelah
pembelajaran usai.
2. Berpikir Kreatif
Berpikir
kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu
yang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan. Penelitian Brookfield (1987)
menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya (1) sering menolak teknik yang
standar dalam menyelesaikan masalah, (2) mempunyai ketertarikan yang luas dalam
masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya, (3) mampu
memandang suatu masalah dari berbagai perspektif, (4) cenderung menatap dunia
secara relatif dan kontekstual, bukannya secara universal atau absolut, (5)
biasanya melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan
yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam
menghadapi perubahan demi suatu kemajuan. Marzano (1988) mengatakan bahwa untuk
menjadi kreatif seseorang harus: (1) bekerja di ujung kompetensi bukan
ditengahnya, (2) tinjau ulang ide, (3) melakukan sesuatu karena dorongan
internela dan bukan karena dorongan eksternal, (4) pola pikir divergen/
menyebar, (5) pola pikir lateral/imajinatif.
Sedangkan
Haris (1998) dalam artikelnya tentang pengantar berpikir kreatif menyatakan
bahwa indikator orang berpikir kreatif itu meliputi: (1) Ingin tahu, (2)
mencari masalah, (3) menikmati tantangan, (4) optimis, (5) mampu membedakan penilaian,
(6) nyaman dengan imajinasi, (7) melihat masalah sebagai peluang, (8) melihat
masalah sebagai hal yang menarik, (8) masalah dapat diterima secara emosional,
(9) menantang anggapan/ praduga, dan (10) tidak mudah menyerah, berusaha keras.
Dikatakanya bahwa kreativitas dapat dilihat dari 3 aspek yakni sebuah
kemampuan, perilaku, dan proses.
a.
Sebuah kemampuan
Kreativitas
adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru,
menciptakan gagasan-gagasan baru baru dengan cara mengkombinasikan, mengubah
atau menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.
b.
Sebuah perilaku
Kreativitas
adalah sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan, kemampuan bermain-main
dengan berbagai gagasan dan berbagai kemungkinan, cara pandang yang fleksibel,
dan kebiasaan menikmati sesuatu.
c.
Sebuah proses
Kreativitas
adalah proses kerja keras dan berkesimbungan dalam menghasilkan gagasan dan
pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu berusaha untuk menjadikan
segala sesuatu lebih baik.
Selanjutnya
Harris juga menyatakan bahwa untuk dapat berpikir kreatif seseorang perlu
memiliki metode berpikir kreatif. Berbagai metode yang dapat dilakukan antara
lain: (1) evolusi, yakni gagasan-gagasan baru berakar dari gagasan lain,
solusi-solusi baru berasal dari solusi sebelumnya, hal-hal baru
diperbaiki/ditingkatkan dari hal-hal lama, setiap permasalahan yang pernah
terpecahkan dapat dipecahkan kembali dengan cara yang lebih baik , (2)
sintesis, yakni adanya dua atau lebih gagasan-gagasan yang ada dipadukan ke dalam
gagasan yang baru, (3) revolusi, yakni gagasan baru yang terbaik merupakan hal
yang benar-benar baru, sebuah perubahan dari hal yang pernah ada, (4) penerapan
ulang, yakni melihat lebih jauh terhadap penerapan gagasan, solusi, atau
sesuatu yang telah dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat dilihat penerapan lain
yang mungkin dapat dilakukan, dan (5) mengubah arah, yakni perhatian terhadap
suatu masalah dialihkan dari satu sudut pandang tertentu ke sudut pandang yang
lain. Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan suatu masalah, bukan untuk
menerapkan sebuah pemecahan masalah
Pada
bagian lain dinyatakan bahwa perilaku negatif yang menghambat untuk berpikir
kreatif, diantaranya adalah:
a.
Oh tidak, sebuah masalah !
Reaksi
terhadap sebuah masalah seringkali lebih besar dari pada masalah itu sendiri.
Sebuah masalah adalah kesempatan dan tantangan untuk meningkatkan segala
sesuatu. Masalah adalah (1) perbedaan yang ada dengan keadaan yang diinginkan,
(3) menyadari atau mempercayai bila ada sesuatu yang lebih baik dari situasi
saat ini, dan (3) kesempatan untuk bertindak positif.
b.
lni mustahil untuk dilakukan
Perilaku
seperti ini, seperti kalah sebelum bertarung. Beberapa ungkapan yang terkait
dengan ini : (1) manusia tidak akan pernah terbang, (2) penyakit tak bisa
ditaklukan, (3) roket tidak akan keluar dari atmosfir.
c.
Aku tidak bisa melakukannya atau tak ada yang bisa dilakukan
Pemikiran
yang baik dan perilaku yang positif serta kemampuan memecahkan masalah akan
melesat dalam memecahkan berbagai permasalahan. Untuk dapat melakukan hal ini
kuncinya adalah ketertarikan dan komitmen terhadap masalah itu sendiri.
d.
Tapi saya tidak kreatif
Masalahnya
ternyata bahwa kreativitas telah ditenggelamkan oleh guruan. Yang perlu
dilakukan adalah mengembalikan ke permukaan.
e.
Itu kekanak-kanakkan
Dalam
upaya kita untuk selalu tampil dewasa dan anggun, kita sering menganggap rendah
perilaku yang kreatif dan penuh permainan, yang pernah menandai masa
kanak-kanak kita sendiri. Terkadang orang tertawa karena memang ada yang lucu.
Tapi sering kali orang justru tertawa ketika mereka miskin akan imajinasi untuk
memahami situasi yang ada.
f.
Apa yang akan dipikirkan orang
Terdapat
tekanan sosial untuk menyesuaikan diri untuk menjadi orang biasa saja, bukan
menjadi orang kreatif. Hampir sebagian orang besar kontributor terkenal yang
membawa ke peradapan lebih maju dihina, bahkan dihukum. Kemajuan hanya
diciptakan oleh mereka yang cukup tegar untuk ditertawakan.
g.
Aku pasti gagal
Thomas
Edison, dalam risetnya untuk menemukan filamen yang dapat memijarkan lampu,
melakukan lebih dari 1800 kali percobaan. Kegagalan haruslah diharapkan dan
diterima. Kegagalan adalah alat untuk belajar yang dapat membantu menuju
keberhasilan. Gagal adalah pertanda bahwa kita melakukan sesuatu, berusaha dan mencoba-jauh
lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.
Sedangkan
hambatan mental terhadap berpikir kreatif dan pemecahan masalah, meliputi:
a.
Pransangka
Gambaran
yang kita miliki seringkali menghalangi kita untuk melihat lebih jauh dari pada
apa yang telah kita ketahui dan percayai, sehingga menjadikan sesuatu itu
mungkin ada dan mungkin teijadi.
b.
Pendapat fungsional
Terkadang
kita mulai melihat sebuah obyek hanya dari namanya, daripada melihat apa yang
bisa dilakukannya.
c.
Tak ada bantuan belajar
Jika
anda memerlukan informasi, ada perpustakaan, toko buku, teman, profesor dan
internet. Anda dapat belajar melakukan apapun yang anda inginkan.
d.
Hambatan psikologi
Apa
yang semula dianggap menjijikkan malah dapat membawa kepada solusi yang lebih
baik. Makan kadal mungkin terdengar tidak enak, tapi jika itu membuat anda
bertahan hidup di alam liar, itu merupakan solusi yang baik.
Untuk
dapat memiliki perilaku positif untuk berpikir kreatif maka pada setiap
individu siswa perlu ditumbuhkan sifat-sifat berikut:
a.
Rasa ingin tahu
Orang
kreatif ingin mengetahui segala hal- segalanya-hanya sekedar untuk ingin tahu.
Pengetahuan tidak membutuhkan alasan.
b.
Tantangan
Orang-orang
kreatif suka mengidentifikasi dan mencari tantangan di balik gagasan, usulan,
permasalahan, kepercayaan dan pendapat.
c.
Ketidakpuasan terhadap apa yang ada
Ketika
anda merasa tidak puas terhadap sesuatu, ketika anda melihat ada masalah,
akankah anda mencoba memecahkan masalah dan memperbaiki keadaan. Semakin banyak
masalah yang anda temui, semakin banyak pula pemecahan dan peningkatan yang
dapat anda buat.
d.
Keyakinan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan
Dengan
keyakinan dan didukung pengalaman, pemikir kreatif percaya bahwa sesuatu pasti
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah.
e.
Kemampuan membedakan keputusan dan kritik.
Sebagian
besar gagasan baru, karena masih baru dan asing, maka terlihat aneh, ganjil,
bahkan, menjijikkan. Sebuah gagasan mulai tampak bagus ketika sudah lebih
familiar atau dilihat dengan konteks dan batasan yang berbeda. Jika suatu
gagasan paling gila sekalipun dapat dipraktekkan sebagai batu loncatan, gagasan
tersebut efisien.
Untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, usaha yang baik
untuk lakukan oleh guru adalah dengan meningkatkan lingkungan belajar yang
kondusif dalam menunjang perkembangan kreativitas yakni lingkungan belajar yang
secara langsung memberi peluang bagi kita untuk berpikir terbuka dan fleksibel
tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai contoh, Hasoubah (2002) memberikan
gambaran situasi belajar yang dibentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi,
mendorong seorang untuk memberikan ide dan pendapat. Diskusi seperti ini harus
dilaksanakan sedemikian rupa di mana dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a.
Melakukan brainstorming
Brainstorming
adalah teknik yang bertujuan membantu kelompok kecil supaya dapat menghasilkan
ide yang bermutu. Ia berdasar pada sebuah konsep bahwa ide yang baik harus
dipisahkan dari penilaian atau evaluasi terhadap mutu ide tersebut. Karena itu,
di dalam brainstorming : (1) tidak ada kritik terhadap ide apapun, (2) ide
harus ditulis tanpa diedit, (3) ide yang liar, lucu, atau kurang berbobot dapat
diterima, (4) semua jenis saran dan pendapat sangat diharapkan, dan (5)
memberikan kontribusi berdasarkan pendapat dari orang lain dapat diterima
b.
Memakai cara SHEMAP
Berpikir
kreatif bisa menjadi sangat abstrak, karena itu sulit untuk melihat seseorang
melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian yang mengkaji fenomena ini seperti
Universitas Negeri Iowa yang mengembangkan model HOTS (higherorder-thinking-skills
atau kemampuan berpikir tingkat tinggi) sebagai mana dipaparkan Housobah (2002)
menyebutkan bahwa berpikir kreatif tidak dapat dilihat, tetapi produk/hasil
dari berpikir kreatif tersebut dapat di lihat. Dengan model HOTS ini seseorang
dapat melangkah dari tingkatan ilmu yang sangat dasar kepada tingkatan ilmu
umum (generative) yang dianggap sebagai suatu yang diciptakan dan baru.
Maka kalau ilmu umum telah dihasilkan berarti proses berpikir kreatif telah
terjadi.
Dari
model HOTS ini, selanjutnya Hosaubah mengembangkan metode SHEMAP (Spekulasi-
Hipotesis‑ Ekspansi- Modifikasi- Analogi‑ Prediksi). Sebagai contoh, ketika
seseorang berspekulasi, apa manfaat mengambil mata kuliah di jurusan, Teknologi
Guruan?. Pola pikir berspekulasi untuk mencari jawaban dari pernyataan tersebut
adalah pola mengembangkan dan memodifikasi dalam bentuk cerita, hal ini bisa
menghasilkan ide baru. Kalau dia harus membuat hipotesis terhadap apa yang akan
terjadi seandainya rencana "pengambilan sidik jari oleh aparat keamanan
terhadap para santri di pesantren yang dianggap menjadi sarang teroris",
tindakan membuat hipotesis dan prediksi dapat menghasilkan ide yang baru.
Terakhir adalah membuat analogi dan kreativitas. Ungkapan seperti ini "
senyum Anda memberikan kehangatan sekaligus memberi sinar harapan bagi diri
saya". Dengan membuat analogi senyum ibarat kehangatan secara jelas
menjadikan seseorang berpikir kreatif.
c.
Berpikir spasial
Seseorang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan (melakukan aktivitas)
berpikir spasial. Berpikir spasial adalah berpikir dengan cara mengubah ide
yang ditulis dalam bentuk prosa ke non prosa. Misalnya sebuah konsep atau teori
yang ditulis dalam teks diubah menjadi sebuah diagram. Usaha mengubah forma
atau penyajian ide, konsep, dan deskripsi keadaan tertentu sesuangguhnya
merupakan sebuah kreativitas. Dengan menggunakan teknik brainsorming, SHEMAP,
dan berpikir spasial akal seseorang dapat menjelajahi teritorial/wilayah yang
tidak diketahui, “yang dengan sendirinya akan membangun kreativitas dan
menjadikannya seorang pemikir kreatif”.
C. Penutup
Para
guru perlu melakukan refleksi tentang cara mengajar mereka dalam mempersiapkan
para siswa untuk dapat mempertahankan eksistensinya. Mereka tidak boleh berdiam
diri saja. Karena, para pemuda ini kelak akan menjadi orang dewasa, akan
menghadapi dunia yang penuh dengan tantangan dan permasalahan. Siswa ini yang
akan menjadi pemimpin di masa depan, mesti dipersiapkan untuk menghadapi
tantangan dan permasalahan hidup. Tantangan dan permasalahan inilah yang akan
dihadapi oleh ‘pemikir’.
Menurut
Dimyati (1996) salah satu unsur ilmu pengetahuan adalah items, yakni
ilmu pengetahuan yang berwujud berpikir rasional. Realisasi berpikir rasional
tampak pada penggunaan kata, kalimat, alenea, rumus pemecahan masalah, ataupun
symbol-symbol. Prasyarat untuk mewujudkan items tersebut adalah kemampuan
individu untuk membaca, menulis, memikir dan melakukan observasi (3M+O). Dengan
kata lain persyaratan dimaksud adalah kemampuan urtuk berpikir kritis dan
kreatif.
Ilmu
pengetahuan adalah sistem berpikir tentang dunia empiris. Oleh karena itu
pembelajaran perlu mengembangkan kemampuan berpikir rasional tentang dunia
empiris. Dari sisi taksonomi berpikir, maka guruan-pembelajaran berarti
mendidik berpikir pada tingkat kognitif tertentu. Dengan taksonomi Bloom (2002)
misalnya, didikan berpikir kritis dan kreatif terletak pada tingkat
analisa-sintesa-evaluasi-kreasi, tidak pada tingkat dibawahnya yakni mengingat,
memahami, dan menerapkan. Kalau menggunakan taksonomi Merril (1983), didikan
berpikir terletak pada tingkat menemukan, tidak pada tingkat dibawahnya yakni
mengingat dan menggunakan.
BAB
IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di
lapangan, diperoleh kesimpulan umum bahwa penerapan strategi pembelajaran,
telah berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran.
Selain kesimpulan umum, terdapat juga
kesimpulan khusus antara lain :
1. Pelaksanaan
penerapan strategi pembelajaran yang ada di sekolah secara keseluruhan dapat
menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran tersebut. Hal tersebut terlihat manakala strategi pembelajaran
yang ada di sekolah tidak hanya berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif yang merupakan salah satu karakter warga negara (civic disposition),
juga dapat mengembangkan keterampilan sosial (civic skill) dan meningkatkan
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowladge)
2. Dalam
proses penerapan strategi pembelajaran
yang ada di sekolah ditemukan beberapa
hambatan atau kendala, antara lain :
a. Guru
sulit menyusun alokasi waktu untuk menerapkan strategi pembelajaran yang ada di
sekolah secara tepat mengingat banyaknya rangkaian kegiatan dalam pembelajaran.
b. Minimnya
pengetahuan dan wawasan siswa mengenai model pembelajaran sehingga siswa kurang
memahami langkah-langkah pembelajaran
c. Guru
mengalami kesulitan dalam hal pengelolaan kelas terutama pada saat pembentukan
kelompok dan perpindahan kelompok.
d. Masih
terdapat siswa yang kurang aktif dan lebih memilih menjadi pendengar pasif pada
saat pelaksanaan penerapan strategi pembelajaran tersebut.
3. Untuk
mengatasi hambatan/kendala yang timbul dalam pelaksanaan penerapan strategi
pembelajaran yang ada di sekolah, maka upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh
Guru antara lain :
a. Manejemen
waktu yang baik.
b. Meningkatkan
daya kreatifitas dalam menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dan
menjalankan perannya sebagai fasilitator, mediator, serta direct of learning
(orang yang mengarahkan pembelajaran).
c. Menjalankan
peran dan fungsi guru sebagai pemimpin dalam kelas dan melibatkan diri dalam
pembentukan kelompok.
d. Meningkatkan
intensitas pemberian motivasi kepada siswa di setiap kesempatan selama proses
pembelajaran.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
- Mustaji, Prof Dr, Pengembangan kemampuan berfikir kritis dan kreatif
- Beyer, B.K. 1985. Critical Thinking: What is It? Social Education, 45 (4)
- Brookfield- 1987. Developing Critical Thinkers. San Fransisco: Jossey Bass Publiser
- Dimyati. 1988. Landasan Keguruan Suatu Pengantar Pemikiran Keilmuan Tentang Kegiatan Guruan. Dirjen Guruan Tinggi. Depdiknas.
- Dimyati. 1996. Guruan Keilmuan di Indonesia: Suatu, Dilema Pengajaran dan Penelitian. Jurnal Guruan Humaniora dan Sains. September. 2(1&2)
- Drost, 2000. Reformasi Pengajaran: Salah Asuhan Orang Tua, Jakarta. Gramedia Widisarana, Indonesia
- Gie,The Liang. 2003. Teknik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada Yogyakarta.
- Hossoubafi,Z. Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan) . 2004. Bandung: Yayasan Nuansa Cendia
- Kamdi, W. 2002. Mengajar Berdasarkan Model Dimensi Belajar. Gentengkali: Jurnal Guruan Dasar dan Menengah. 4 (5 dan 6): 29-35
- Marzano. 1988. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria, Va: ASCD
- Perkins,D.N. & Weber,R.J. 1992. Inventive Mind: Creative in Technology. New York: University Press
- Rahmat, J. 2005. Belajar Cerdas: Belajar Berbasis Otak. Bandung: Mizan Leraning Center (MLC)
- Robert. 1998. Introduction to Creative Thinking. July (1). Virtual Salt.
- Slavin. 1997. Educational Psycology Theory and Practice. Five Edition. Boston: Allin and Bacon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar